Malam sudah begitu larut, lapangan parkir dari sebuah perkantoran terlihat lengang dan sepi. Saya dan teman saya datang dan masuk hendak mengambil uang cash di sebuah ATM. Saya masuk keruangan ATM, sedang teman saya menunggu diluar sambil menduduki sepeda motornya.
Setelah saya mengambil uang tunai dan bersiap-siap untuk pergi meninggalkan lokasi parkir tersebut, akan tetapi seorang pemuda datang menghampiri kami berdua. Ia meminta uang jasa parkir, saya pun kesal dan sedikit mengelak. Untuk apa ia meminta uang parkir padahal temen saya dari tadi menunggui motornya, dan lapangan parkirnya juga sepi, saya pikir tidak ada jasa yang diberikan oleh orang itu kepada kami.
Tentu saja saya tidak ingin ribut dan mencari gara-gara karena uang seribu perak, meskipun begitu saya tetap saja penasaran dengan kejadian ini, apasih yang membuat dia merasa berhak untuk memungut uang parkir? Sambil tersenyum dan menyerahkan uang ketangannya, saya bertanya, ”sudah malam begini dan sepi, mengapa saya masih juga ditagih uang parkir?, kemudian ia menjawab, ”kalau tidak dapat uang parkir, saya tidak makan….!”
Memang saat ini banyak sekali orang yang menganggur, apakah benar pengangguran sepenuhnya disebabkan kesempatan kerja yang sempit?
Kalau mau mendapatkan uang untuk makan, bukankah orang harus berusaha. Bukan kah Allah sudah menjanjikan rezeki akan datang kalau manusia mau berusaha.
Herbert Applebaum, seorang antropolog mendefinisikan bekerja, ”bekerja adalah suatu aktifitas produktif yang mengakibatkan perubahan fisik dan sosial pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi hanya profesional sejati yang berhak mendapatkan imbalan bila dia telah memberikan nilai tambah.
Archive for Mei 25th, 2009
Profesional kerja
Posted by starawaji pada Mei 25, 2009
Posted in kehidupan masyarakat | Dengan kaitkata: cerpen, hidup, kelaparan, kerja, masyarakat, pemalakan, PENGANGGURAN, pengertian kerja, preman, sengsara, tukang parkir | Leave a Comment »